Ziarah Panjang Menembus Rimba Dunia Mengeluarkan Keringat, Air Mata dan Darah". Disitulah perwujudan kreasi kebudayaan dan pradaban yang berpapasan dengan Tuhan yang abadi.

Sabtu, 09 Maret 2013

MENGENAL PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK-ANAK

Pemahaman dunia kesenirupaan anak-anak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar seni rupa terutama untuk:
    • Memilih pendekatan dalam membina interaksi belajar mengajar yang baik;
    • Merancang bahan pengajaran, baik tahunan, semesteran, harian;
    • Memilih dan menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan pusat minat (perangsang daya cipta) pada saat-saat tertentu;
    • Memilih dan menetukan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran; dan
    • Mengadakan evaluasi agar kita tidak keliru dalam menggunakan tolok ukur, agar ciri-ciri keberhasilan gambar buatan orang dewasa tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan gambar buatan anak kecil.
    A. Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar

    Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
    Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif.
    Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “ A childre who does not draw is an anomaly, and particulary so in the years between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”. 
    Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33).
     Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1) memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa, 2) guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates. 
    Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
    Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik. Sehubungan dengan itu, Dennie Wolf dan Howard Gardner (Hausman, 1980: 56) mendeskripsikan perkembangan artistik anak sebagai berikut:

    PERKEMBANGAN ARTISTIK (Artistic Development)
     
    PHASE
    AGE
    MAJOR FEATURE
    CHALLENGE FOR EDUCATION IN THE ART
    Child as Drect Communicator
    0-18-24 month
    Fundamental forms of direct communication; acquisition of a trusting relation with other Awareness of a stable object world to communicate about
    Transition from direct bodily expression to more “distant” and rigorous symbolic expressions (i.e., from crying to asking, from grabbing to pointing)-with the convidence that tht audience of “other” will watch, listen, and respond
    Child as Symbol User
    18-24 months-5-7 years
    Understanding the fundamentals of symbol use: creating an “reading”
    Transition from aspontaneous and idiosyncratic to socioculturally dictated forms of representation (i.e., from subjective portrayals to realism) Still preserving spontaneity originality, individuality
    Youth as Craftsman
    5-7-11-13 years
    Socialization of self-expression; emergence of conscience Urge for competence; impluence of peers Emergence of basic categoris of adult thought; decline in egocentrism
    Transition from strict competence to a recombination of craft with self expression; the acquisition of critical tools as well as articulated personal tastes and standards without paralyzing feelings of inadequacy
    Youth as Critic and Full Participant in the Artistic Process
    11-13 years on
    The internalization of thougt Reflectivity Capacity to think hypotetically and to confron choices


    Berdasarkan pandangan pada tabel di atas, anak usia sekolah dasar (7-13 tahun) memiliki kompetensi untuk memadukan karya kerajinan (craft) dengan kemampuan ekpresi diri. Selain itu pula kemampuan kritik juga dimiliki sejalan dengan perkembangan intelektualnya. Secara khusus, karakteristik anak pada usian 11- 13 tahun ini adalah memiliki kemampuan berpikir kritis dan ikut terlibat dalam proses artistik.
    Secara umum dapat dikatakan bahwa karya seni rupa anak bersifat ekspresif dan dinamis (Camaril, dkk. 1999). Apa yang digambarkan anak mencerminkan pribadinya, mengungkapkan apa yang diketahuinya dan tidak menggambar sesuai dengan kenyataan. Kesukaan akan gerak digambarkan dengan warna tajam mencolok serta objek-objek penuh gerak seperti binatang, orang, kendaraan. Tetapi, jika dikaji ternyata bahwa secara umum terjadi pentahapan (periodisasi) dalam perkembangan dunia kesenirupaan anak.

    B. Periodisasi Perkembangan Seni Rupa anak-anak

    Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Dalam mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang tampak hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh perasaan dan keinginannya.
    Ada beberapa tokoh yang telah melakukan kajian yang seksama berkenaan dengan periodisasi karya seni rupa anak, di antaranya Corrado rici dari Italia (1887), Kemudian dilanjutkan oleh Sully, Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt, Margaret Meat, Victor Lowenfeld dan Brittain, Rhoda Kellogg, Scot, Langsing, dan lain-lain.

    1. Perodisasi menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34)

    Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan pada anak-anak dari masa bayi sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar ia menggolongkannya dalam beberapa periode, masa, yaitu:
    • Masa Mencoreng : 0 - 3 tahun 
    • Masa bagan : 3 - 7 tahun 
    • Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun 
    • Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun 
    • Masa persfektif : 10 - 14 tahun
    2. Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119)

    Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
    • Masa mencoreng : 2 - 3 tahun 
    • Masa garis : 4 tahun 
    • Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun 
    • Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun 
    • Masa realisme visual : 9 - 10 tahun 
    • Masa represi : 10 – 14 tahun 
    • Masa pemunculan artistic : masa adolesen
    3. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain adalah:

    Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
    • Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun 
    • Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun 
    • Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun 
    • Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun 
    • Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun 
    • Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
    4. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Rhoda Kellog dan Scott (Muharam dan
        Sundaryati, 1991: 34-35)

     Beliau melakukan penelitian di 30 negara dengan lukisan/gambar anak yang diteliti lebih dari 1.000.000 gambar. Hasil penelitiannya terhadap gambar anak-anak cicatat dengan teliti.
    • Coretan dan corengan (Scribble and Scriblin) : 2 - 3 tahun 
    • Rahasia bentuk (The Secrets of Shape) : 2 - 4 tahun 
    • Seni Kontur (Art in Outline) : 2 - 4 tahun 
    • Anak dan desain (The Child and Design) : 3 - 5 tahun 
    • Mandala, matahari dan Radial (Mandlas, Suns, and Radials): 3 - 5 tahun 
    • Manusia People) : 4 - 5 tahun 
    • Mirip Gambar (AlmostPictures) : 4 – 6 tahun 
    • Gambar (Pictures) : 5 –7 tahun
    5. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Lansing (Kamaril, 1999: 2.38)

    • Masa coreng-moreng : 2-4 tahun 
    • Masa/tahap figurative : 3-12 tahun 
    • Sub tahap permulaan figuratif : 3 -7 tahun 
    • Sub tahap pertengahan figuratif : 9-10 tahun 
    • Sub tahap akhir figuratif : 9-12 tahun 
    • Tahap artistik : 12 tahun ke atas
    Berdasarkan tahapan periodisasi di atas, pada bahan belajar mandiri ini Anda akan mempelajari pendapat yang dikemukakan antara lain dari Viktor Lowenfeld dan Brittain. Alasan pemilihan pendapat tokoh ini karena pembagian usia anak lebih lengkap dan dipandang mewakili, sesuai dengan jenjeng pendidikan di negara kita, yaitu usia 7 – 12 tahun (SD), 13 – 15 tahun (SMP), dan usia 16 –18 tahun (SMA).

    Tahap perkembangan menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970) dalam: Creative and Mental Growth membagi periodisasi perkembangan seni rupa anak sebagai berikut:

    1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)

    Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar.
    Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama.
    Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi
    Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
    Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Hal ini dapat digunakan oleh orang tua atau guru pada jenjang pendidikan usia dini (TK) dalam membangkitkan keberanianan anak untuk mengemukakan kata-kata tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yangdigambarkannya.
    Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.
    Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa visual.


    Gambar 3. 1 
    Setiap anak (usia 2-3 tahun) pada umumnya senang menggoreskan sesuatu 
    (pensil, pena dan sejenisnya). Goresannya tak beraturan 
    Sumber: Dokumentasi pribadi

    2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)

    Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. 
    Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
    Gambar 3.2 
    Kepala berkaki, ciri umum gambar anak usia 2-4 tahun 
    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada kepentingannya. Jika objek gambar lebih dikenalinya seperti ayah dan ibu, maka gambar dibuat lebih besar dari yang lainnya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”. Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini.

    Gambar 3.3 
    Objek yang penting, “Bapak” dan “Ibu” dibuat lebih besar 
    Sumber: Dokumentasi pribadi

    3. Masa Bagan (Schematic Period)

    Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).

    Gambar 3.4 
    Penempatan objek gambar terletak pada garis dasar gambar (base line) 
    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang” (contoh: digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari kaca). Gejala ini disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar sebuah rumahyang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas.

    Gambar 3.5 
    Idioplastis, objek yang digambar tampak tembus pandang 
    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    Kenyataan di atas diperkuat oleh pandangan Max Verworm (Zulkifli, 2002: 45) bahwa anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya anak-anak itu disebutnya gambar fisioplastik. Anak yang belum berumur 8 tahun belum mampu menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar maenurut apa yang sedang dipikirkannya. Hasil karya mereka itu disebut gambar ideoplastik.
    Pada masa ini juga, kadang-kadang dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous narrative, anak sudah bisa memahami ruang dan waktu. Objek gambar yang dilukiskan banyak dan berulang menggambarkan sedang dilakukan.

    4. Masa Realisme Awal (Early Realism)

    Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. 
    Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini.
    Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

    Gambar 3.6 
    Bunga sering digambar oleh anak perempuan

    Gambar 3.7 
    Gambar pemandangan, upaya anak dalam meniru bentuk alam, 
    tampak sudah mendekati kenyataan (realitas)

    5. Masa Naturalisme Semu

    Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. 
    Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.

    Gambar 3.8 
    Tokoh kartun banyak digemari anak-anak

    Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya. Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.

    6. Periode Penentuan

    Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari.

    Gambar 3.10 
    Contoh karya anak 17 Tahun

    LATIHAN
    Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Anda mengejakan latihan
    1. Sebutkan pembabakan perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld
    2. Uraikan ciri-ciri masing masing peridode/masa
    3. Kumpulkan gambar dari masing-masing periode kemudian buat bahasan/kajian menurut teori yang anda pelajari
    RANGKUMAN

    Mengenal perkembangan karakteristik anak diperlukan untuk melakukan pendekatan, perencanaan pembelajaran, memilih dan mentukan media, metode dan evaluasi.
    Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun sebagai masa sekolah, perlu didukung oleh guru agar masa peka ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para siswa . Tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. 
    Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif. 
    Pembagian masa/periodisasi dimaksudkan untuk lebih mengenal karya seni rupa anak dalam hal melakukan kegiatan dan penilaian. Pada umumnya semua periodisai yang dikemukakan oleh para ahli memiliki kesamaan, misalnya dimulai dari dua tahun.

    DU'A PEPERENIAN

    Nun Gusti Nu Maha Asih. Nugrahakeun ka abdi sadaya sakumaha sumber Sakumaha sumber daya tina peperenian kamukte Gusti nu tan wates wangen.

    Nu dilangit, kucurkeun
    Nu dibumi, burialkeun
    Nu dilaut, burialken
    Nu di gunung, gulutukeun
    Nu dipasir, gulitikeun
    Nu di waluangan, sangutkeun
    Nu di leuwi, giriwilkeu
    Nu di situ, ranghapkeun
    Nu  tebih, cakeutkeun
    Nu lami keneh, enggalkeun
    Nu nyumput, gorehelkeun
    Nu nutup, bukakeun
    Nu kucup, mekarkeun
    Nu saeutik, Seueurkeun
    Nu pegat-pegat, panyeungkeun
    Nu hese beleke, gampilkeun
    Nu sesek, longgarkeun
    Nu eungap, longsongkeun
    Nu kusut, udarkeun
    Nu rudet, janglarkeun
    Nu sulit, babarikeun
    Nu tiis, hanetkeun
    Nu panas, hiliwirkeun 
    Nu atah, asakan
    Nu asak, ambucuykeun 
    Nu Pait, Amiskeun
    Nu haseum, gaharkeun
    Nu peuheur, segerkeun
    Nu keutar, pelemkeun
    Nu beku, peuraykeun
    Nu encer, Kentelkeun
    Nu Bear, puleunkeun
    Nu hambar, ptrikeun
    Nu cawerang, lekohkeun
    Nu ranyed, keukerkeun
    Nu ayud, peperkeun
    Nu poek, gebyarkeun
    Nu caang, gumiwangkeun
    Nu bau, seungitkeun
    Nu seungit, dalingdingkeun
    Nu keri, suburkeun
    Nu kore, bongsorkeu
    Nu kuru, rangkidakkeun
    Nu angar, riduhkeun
    Nu heuret, rubakeun
    Nu heurin, legakeun
    Nu rupek, jembarkeun
    Nu papisah, Hijikeun
    Nu paburisat, kempelkeun
    Nu pabureuncay, gundukeun
    Nu doyong ,ajegkeun
    Nu bengkok, lempengkeun
    Nu penjol, buledkeun
    Nu ipis , kandeulkeun
    Nu mintul, seukeutkeun
    Nu buruk , Weutehkeun
    Nu rumeuk, bengraskeun
    Nu busik , luiskeun
    Nu gurawes , ratakeun
    Nu nanjak mudun , ratakeun
    Nu alit, campernikeun
    Nu badag ,rohakakeun
    Nu awon , saekeun
    Nu lepat ,leureskeun
    Nu bodo ,pinteurkeun
    Nu boloho , surtikeun
    Nu belegug, calakankeun
    Nu cadel, benteskeun
    Nu balelol, capetangkeun
    Nu dusun sonagarkeun
    Nu ririwit,walagrikeun
    Nu jag-jag,waringkaskeun
    Nu borangan , Ludeungankeun
    Nu baluas , regregkeun
    Nu hariwang ,tenangkeun
    Nu guligah , tengtremkeun
    Nu galideur, tetegkeun
    Nu ngompod ,wanikeun
    Nu marungkawut,berageun
    Nu kotor, sucikeun
    Nu bersih , setrakeun
    Nu jahat, bageurkeun
    Nu dolim , adilkeun
    Nu aral ,sabarkeun
    Nu barangasan , sarehkeun
    Nu gurunggusuh , rintihkeun
    Nu wangkeulang, Janglarkeun
    Nu sombong ,poyongkodkeun
    Nu buraong,someahkeun
    Nu sangar,marahmaikeun
    Nu kadedemes ,konaahkeun
    Nu awuntah,rikirgemikeun
    Nu kejot borosot, antarekeun
    Nu rumegag,antebkeun
    Nu kedul, daekankeun
    Nu sesah Bingahkeun
    Nu cemberut,serengehkeun
    Nu kufur imankeun
    Nu iman,takwakeun
    Nu kakaliceusan , geudurkeun

    Gedur sumanget  Ngarobah nasib. Sangkan ayeuna leuwih alus ti kamari.Isukan caang padang narawangan.
    Ki Sunda-Muslim jadi pangirutan, tata tengtrem karta raharja. Bumetah di pangkonan Allah.
    Cag tendeun di handeuleum sieum batin nu wening, tunda di hanjuang siangna manah nu setra. Guar ungkabeun nu nyaring piker, anu weuruh di semuna, anu rancage na hate.

    Perkambangan Seni Budaya Dalam Blog Lain